( pe r em p ua n)

Perempuan, dan love.

Apa yang sering memfasinasi aku tentang perempuan, adalah bagaimana mereka terlalu terkimia dengan cinta, dan kasih sayang. Aku mula mengerti bila aku imbas kembali lukisan-lukisan anak kecil perempuan yang selalu dihiasi dengan lambang-lambang cinta. Lambang 'love', yang entah siapa yang mengajarkan mereka.

Atas kertas lukisan pendidikan seni, Amalina menyelitkan 'love' di tepi namanya.
Dibuku latihan tiap kali habis mengusaikan karangan, Amalina akan meletakkan 'love' di penghujung perenggan.
Pada riang ria hari sukaneka, Amalina melukiskan 'love' pada belon tiupannya.

Amalina adalah sahabat sekelas aku, duduk bersebelahan aku ketika berumur 7 tahun. Kira dia adalah perempuan sebaya pertama yang benak aku mampu ingatkan.

Ibarat suatu fitrah yang tak dibentukkan, cinta dan perempuan, adalah satu jenis larutan. Seiring dengan masa yang berjalan dalam usia keperempuanan, cinta dan kasih sayang menjadi jisim dan jirim yang bersatu dalam perasaan dan tindakan.

Dalam seni kelembutan, perempuan selalu rebah dalam fitrah cinta, yang membuatkan mereka jadi pengorban akan sesuatu yang sepatunya mereka pertahankan. Sedewasa aku ini, perempuan yang tewas dengan cinta sendiri terlalu selalu dikhabarkan. Dara tergadai kononnya atas ketulusan kasih dan sayang di jalan serakah. Ternyata fitrah itu mampu membencana, jika diulit nafsu bersama.

Alia bukan perempuan pertama yang aku tahu menghadiahkan dara pada teman lelakinya. Tapi kata Alia, dia terjerumus dalam medan bohsia, kerana pernah dicabul ketika kecil. Suatu peringatan bagi aku, jangan memandang terlalu keji pada perempuan bervagina murah, kerna mungkin disebaliknya ada cerita. Kita tak mungkin tahu apa selirat perih jiwa mereka sehingga mahkota yang patut dijunjung kini disepak kakikan.

Begitu juga Sharifah, dinaifkan ketika berumur 17 tahun oleh rakan sekolahnya. Atas nama cinta diberi segala. Kini menjadi seorang perempuan yang begitu murah kasih sayang, terlalu mudah memberi payudara. Aku lihat dia tersepit diantara cinta dan kekotoran diri. 'Love' yang mereka selalu selit-selitkan dalam setiap perhiasan ketika anak kecil itu kini bisa jadi racun yang meraksa.

Bagi diri aku, aku lebih banyak belajar tentang kasih dan afeksi perempuan dari kakak aku. Tiada tangan yang membelai rambut aku ketika aku kecil selain dia. Tiada yang memeluk aku ketika aku dalam ketakutan guruh menyabung selain dia. Dari situ aku ketahui, perempuan itu inti nya kasih sayang.

Perempuan, dan love
Nanti kita ketemu lagi dalam bisik-bisik suara halus, dalam memori-memori anak kecil yang tak pernah haus, dalam tiap nota-nota kecil yang tidak terbalas, dalam entry-entry kosong yang tak pernah jelas.

1 comment: